Senin, 16 Juli 2012


TUGAS MAKALAH ETHOLOGI
(INVASI PADA HEWAN)
“BADAK JAWA Rhinoceros sondaicus”












Oleh :
Nama        : Ni Kadek Ria Nurwahyuni
No Absen : 26
NPM         : 0879





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2009



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Invasi Pada Hewan
Makalah ini dibuat dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap perilaku hewan yang khususnya pada makalah ini menjelaskan tentang perilaku Invasi pada hewan, serta pada makalah ini menekankan invasi pada Badak Jawa, pembuatan makalah ini juga sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Etologi Hewan”
Makalah ini berisikan tentang deskripsi singkat tentang Badak, klasifikasi salah satu spesies rusa serta perilaku invasi pada Badak itu sendiri. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Perilaku Invasi pada Badak
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Badung, 29 Oktober 2011
                              
                                Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
2.1. Klasifikasi Badak Jawa.................................................................................... 2
2.2. Deskripsi............................................................................................................ 3
2.3. Persebara dan Habitat...................................................................................... 4
2.4. Makanan............................................................................................................ 6
2.5. Reproduksi........................................................................................................ 7
BAB III METODE PENULISAN......................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 8
4.1. Hasil.................................................................................................................... 8
4.2. Pembahasan...................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 12
5.1. Simpulan............................................................................................................ 12
5.2. Saran.................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka......................................................................................................... 13




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan spesies satwa liar yang sangat langka di dunia sehingga dilindungi undang-undang di Indonesia , serta termasuk dalam daftar Thr Red Date Book yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural Resources) dengan katagori endangered dan mendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ancaman kepunahan.
Pada saat ini penyebaran Badak Jawa di dunia terbatas di beberapa Negara saja, yaitu Indonesia, Vietnam da kemungkinan di Laos dan kamboja. Di Indonesia, Badak Jawa hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan secara khusus berada di semenanjung Ujung Kulon.
Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini dianggap satu-satunya populasi yang secara potensial masih memungkinkan untuk diselamatkan dari kepunahan. Bergerak dari uraian tadi maka pada makalah ini menjelaskan mengenai perilaku Badak Jawa khususnya Invasi, beserta dampak invasi tersebut pada keberadaan Badak Jawa.

1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan didalam latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.2.1.           Bagaimanakah cara terjadinya invasi?
1.2.2.            Bagaimana cara menanggulangi invasi pada populasi jenis Badak Jawa yang banyak?

1.3.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui cara menanggulangi invasi pada populasi jenis badak Jawa yang banyak.

1.4.      Manfaat Penulisan
Sebagai informasi mengenai tingkah laku invasi pada hewan, khususnya pada makalah ini invasi pada Badak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Klasifikasi Badak Jawa
Kerajaan             : Animalia
Filum                  : Chordata
Subfilum                        : Vertebrata
Kelas                  : Mammalia
Ordo                   : Perissodactyla
Superfamili         : Rhinocerotides
Famili                 : Rhinocerotidae
Genus                 : Rhinoceros
Spesies               : Rhinoceros sondaicus

2.2.      Deskripsi
Badak jawa atau Badak bercula satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae  dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.

2.3.     Persebara dan Habitat
Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa adalah habitat bagi sisa badak Jawa yang masih hidup.Perkiraan yang paling optimistis memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 100 badak Jawa masih ada di alam bebas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung alam menganggap mereka memiliki risiko yang lebih besar. Badak Jawa diketahui masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh. Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di tempat tersebut) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir besar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia. Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini meluas ke Tongkok, tetapi mulai bergerak ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu. Badak ini mulai punah di India pada dekade awal abad ke-20. Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932. Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti. Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut SifatBadak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran teritorial. Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau. Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak. Ketika manusia terlalu dekat dengan badak jawa, badak itu akan menjadi agresif dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya. Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.

2.4.      Makanan
Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi yang dibutuhkan.

2.5.      Reproduksi
Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2 tahun

BAB III
 METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan adalah dengan cara pencarian referensi melalui buku, karya tulis, internet dan media informasi lain yang berhubungan dengan objek penelitian, yang mana nantinya akan ditulis laporan mencakup seluruh bagian informasi yang didapat.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil
Invasi pada badak adalah pergerakan satu atau lebih spesies  tersebut dari satu area ke area lainnya dan pada akhirnya spesies ini menetap di tempat tersebut. Proses ini berlangsung secara kompleks melalui peristiwa migrasi, eksistensi, dan kompetensi sebagai tahapan penting dalam invasi yang seluruhnya terkait dengan waktu. Invasi umumnya terjadi pada daerah yang populasinya kurang, tetapi dapat juga terjadi di tempat yang banyak populasinya. Invasi merupakan bentuk permulaan. Suksesi sehingga terbentuk klimaks Biasanya invasi ke komunitas klimaks tidak efektif. Kenyataannya invasi biasanya terjadi pada area yang populasi nya jarang sehingga menghasilkan tahapan perkembangan yang baru.
Invasi yang ditemukan di bumi adalah : hasil dari miliaran tahun proseserolusi. Hingga 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa dan organism uniseluler lainnya. Sebelum organism multi seluler muncul dan menyebabkan ledakan. Keaneka ragaman yang begitu cepat, namun secara periodic dan erentual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi iklim dan luar angkasa.
Terdapat berbagai jenis invasi di Indonesia dari jenis hewan maupun tumbuhan. Yang paling menarik untuk dibahas adalah mengenai hewan badak jawa atau badak bercula satu (Rhinoceros Sondaicus). Hewan berkulit tebal ini sedang diambang kepunahan diakibatkan oleh sifat tamak dari manusia yang melakukan perburuan. Secara besar-besaran untuk memanfaatkan organ tubuhnya ataupun merusak ekosistem tempat mereka hidup. Namun kita dapat sedikit bernafas lega karena sebagian kecil hewan ini dilindungi oleh pemerintah dengan melakukan penangkaran hewan badak Jawa. Meskipun demikian populasi hewan tersebut diperkirakan  hanya sekitar 50-60  ekor saja
Invasi sangat efektif bila terjadi secara lokal. Pada suatu komunitas umumnya di jumpai beberapa spesies yang mempunyai kemampuan sebagai pioneer. Invasi pada kawasan yang jauh, dating menghasilkan efek suksesional, karena spesies baru perkembangannya berlawanan dengan spesies lokal (native spesies). Hal ini sangat berbeda pada area yang baru di dekatnya. Invasi ke komunitas yang baru dimulai dengan migrasi lalu agresi kompetisi dan reaksi (Wearer dan Frederic, 1978) Salah satu spesies fauna yang cukup mengganggu keseimbangan ekosistem adalah : Badak Jawa. Hewan ini di introduksi oleh pihak pengelola ketaman nasional Baluran pada tahun 1969 yang semula dimaksudkan sebagai dekat bakat. Namun ternyata Badak Jawa merupakan spesies bercula satu dan berkulit tebal sedang diambang kepunahan.

4.2.      Pembahasan
4.2.1.     Cara terjadi invasi pada Badak Jawa
Cara terjadinya invasi adalah kedatangan spesies asing (exotic, invader, invasive) ke suatu habitat baru yang kondisi lingkunngannya berbeda dengan kondisi lingkungan di daerah asal nya, tidak akan menyebabkan terjadinya kompetisi yang kuat dengan spesies asli (indigenous native). Spesies asing ini biasanya hanya akan menjadi jenis spesies pengganggu di habitat baru spesies tersebut.
4.2.2.     Penyebaran dan Habitat sebagai spesies invasive
Perkiraan yang paling oetimistis memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 100 badak Jawa masih ada di alam bebas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa dan beberapa pelindung alam menganggap mereka memiliki resiko yang lebih besar. Badak Jawa diketahui masih hidup di dua tempat, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat Pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien. Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka) akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di tempat tersebut kea rah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan kearah Selatan di Semenanjung Malaya, seperti pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir besar atau daerah basah dengan banyak kubangan, lumpur. Walaupun dalam sejarah badak Jawa menyukai daerah renah, sub spesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi (diatas 2.000 ml) yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.
Tempat hidup Badak Jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir di mulai sekitar tahun 1000 SM tempat hidup di utara badak ini meluas ke Tongkok, tetapi mulai bergerak ke selatan secara kasar pada 0,5 km pertahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu. Badak ini mulai punah di India pada decade awal abad ke-20. Spesies ini di buru sampai kepunahan di Semenanjung Malaysia tahun 1932. Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya. Punah sepanjang tanah utama asia. Pemburu lokal dengan penabangan hutan di Kamboja mengklaim melihat badak Jawa di Pegunungan Cardamon tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti. Populasi Badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun specimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.
4.2.3.     Konservasi
Faktor utama berkurangnya populasi spesies ini adalah: perburuan untuk culanya, masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas perdagangan di Tingkok selama 2000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan untuk membuat baju baja tentara. Tiongkok dan suku lokal, di Vietnam percaya bahwa kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bias ular. Karena tempat hidup badak mencakupi banyak daerah kemungkinan, sulit untuk penduduk tidak membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi. Ketika concention on International trade in Endangered Species of Wild fauna and Flora, pertama kali di berlakukan tahun 1975, Badak Jawa dimasukkan kedalam perlindungan Appendix 1 : semua perdagangan internasional produk badak Jawa, dianggap Illegal, survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak asia memiliki harga sebesar $ 30.000 perkilogram, tiga kali harga cula, badak Afrika ini bukan lagi factor signifikan. Karena badak hanya hidup di du ataman nasional yang di lindungi memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi badak yang merupakan korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan semua usaha konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram karena populasi mereka tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan ahli genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100 badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.


BAB V
PENUTUP

5.1.      Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
5.1.1.     Mekanisme terjadinya invasi pada spesies sangat komplek menyangkut seluruh tahapan. Suksesi sehingga tercipta kondisi klimaks sebagian invasi spesies dapat menggantikan dominasi spesies lokal.
5.1.2.     Badak Jawa merupakan salah satu spesies invasi yang hidup berkumpul disuatu kawasan utama sangat rentang terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana alam seperti tsunami, letusan gunung, gempa bumi. Selain itu badak ini juga kekurangan ruang akibat invasi,

5.2.      Saran
Disarankan pada masyarakat agar yang memelihara jenis spesies ini jangan di bunuh dan di jual untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Sehingga keberadaan Badak Jawa akan tetap lestari.








Daftar Pustaka
Gerson. 2011. Invasi pada Badak. http://gersonunmasblog.blogspot.com/2011/05/invasi-pada-badak.html. 29 Oktober 2011
Wikipedia.2011.Badak Jawa. http://id.wikipedia.org/wiki/Badak_jawa. 29 Oktober2011

mso14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar