TUGAS
MAKALAH ETHOLOGI
(INVASI
PADA HEWAN)
“BADAK
JAWA Rhinoceros sondaicus”
Oleh
:
Nama
: Ni Kadek Ria Nurwahyuni
No
Absen : 26
NPM : 0879
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Invasi Pada Hewan”
Makalah
ini dibuat dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap perilaku
hewan yang khususnya pada makalah ini menjelaskan tentang perilaku Invasi pada hewan, serta pada makalah
ini menekankan invasi pada Badak Jawa, pembuatan makalah ini juga sekaligus
melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Etologi
Hewan”
Makalah ini
berisikan tentang deskripsi singkat tentang Badak, klasifikasi salah satu spesies rusa
serta perilaku invasi pada Badak itu sendiri.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Perilaku Invasi pada Badak.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Badung, 29 Oktober 2011
Penyusun
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
2.1. Klasifikasi Badak Jawa.................................................................................... 2
2.2. Deskripsi............................................................................................................ 3
2.3. Persebara
dan Habitat...................................................................................... 4
2.4. Makanan............................................................................................................ 6
2.5. Reproduksi........................................................................................................ 7
BAB III METODE PENULISAN......................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 8
4.1. Hasil.................................................................................................................... 8
4.2. Pembahasan...................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 12
5.1. Simpulan............................................................................................................ 12
5.2. Saran.................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus) merupakan
spesies satwa liar yang sangat langka di dunia sehingga dilindungi
undang-undang di Indonesia , serta termasuk dalam daftar Thr Red Date Book yang
dikeluarkan oleh IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural
Resources) dengan katagori endangered dan mendapat prioritas utama untuk
diselamatkan dari ancaman kepunahan.
Pada saat
ini penyebaran Badak Jawa di dunia terbatas di beberapa Negara saja, yaitu
Indonesia, Vietnam da kemungkinan di Laos dan kamboja. Di Indonesia, Badak Jawa
hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan secara khusus berada di
semenanjung Ujung Kulon.
Populasi
Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini dianggap satu-satunya
populasi yang secara potensial masih memungkinkan untuk diselamatkan dari
kepunahan. Bergerak dari uraian tadi maka pada makalah ini menjelaskan mengenai
perilaku Badak Jawa khususnya Invasi, beserta dampak invasi tersebut pada
keberadaan Badak Jawa.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan didalam latar belakang, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1.2.1.
Bagaimanakah cara terjadinya invasi?
1.2.2.
Bagaimana
cara menanggulangi invasi pada populasi jenis Badak Jawa yang banyak?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui cara
menanggulangi invasi pada populasi jenis badak Jawa yang banyak.
1.4.
Manfaat Penulisan
Sebagai
informasi mengenai tingkah laku invasi pada hewan, khususnya pada makalah ini
invasi pada Badak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi Badak Jawa
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Superfamili : Rhinocerotides
Famili : Rhinocerotidae
Genus : Rhinoceros
Spesies : Rhinoceros sondaicus
2.2.
Deskripsi
Badak jawa atau Badak bercula satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah
anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke
genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang
menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7
m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh
dengan badak hitam.
Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula
spesies badak lainnya.
Badak ini pernah
menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski
disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara,
sepanjang Asia
Tenggara dan di India serta Tiongkok.
Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang
ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan
adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50
badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih
dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya
populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang
sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok,
dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.
Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang
terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang
Vietnam di Asia
Tenggara juga menyebabkan
berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa
hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada
risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik
menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia
mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi
serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan
gunung berapi Krakatau dan gempa bumi,
populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan
kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin
terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung
Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak
Jawa.
2.3.
Persebara
dan Habitat
Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa adalah habitat bagi sisa badak
Jawa yang masih hidup.Perkiraan yang paling optimistis memperkirakan bahwa
lebih sedikit dari 100 badak Jawa masih ada di alam bebas. Mereka dianggap
sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra
yang tempat hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung
alam menganggap mereka memiliki risiko yang lebih besar. Badak Jawa diketahui
masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah
utara Kota
Ho Chi Minh. Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling
melengkapi antara badak Sumatra dan India di tempat tersebut) ke arah timur
sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke
arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat
tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir besar atau daerah
basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai
daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi
(diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.
Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai
sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini meluas ke Tongkok,
tetapi mulai bergerak ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena
penetap manusia meningkat di daerah itu. Badak ini mulai punah di
India pada dekade awal abad ke-20. Badak Jawa diburu sampai
kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932. Pada akhir perang
Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu
lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, tetapi survey pada daerah
tersebut gagal menemukan bukti. Populasi badak Jawa juga mungkin ada
di pulau Kalimantan,
walaupun spesimen tersebut SifatBadak jawa
adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan
apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun
dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang
di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu
mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya
sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang
muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari
mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam.
Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan
12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan
lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat
pertempuran teritorial. Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran
dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon
muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki
kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu
menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang
air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara
ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna
untuk menyebar bau. Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak
sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa
tidak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di
Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat
sehingga sulit untuk meneliti badak. Ketika manusia terlalu dekat
dengan badak jawa, badak itu akan menjadi agresif dan akan menyerang, menikam
dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya.
Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti
sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.
2.4.
Makanan
Badak jawa adalah hewan
herbivora dan
makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas,
ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh
spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan
tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk
mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang.
Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies
badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies
badak ini memerlukan garam untuk
makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak
Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi yang dibutuhkan.
2.5.
Reproduksi
Sifat seksual
badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diamati secara langsung
dan tidak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai
kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada
umur 6. Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan.
Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada
waktu sekitar 2 tahun
BAB III
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan
adalah dengan cara pencarian referensi melalui buku, karya tulis, internet dan
media informasi lain yang berhubungan dengan objek penelitian, yang mana
nantinya akan ditulis laporan mencakup seluruh bagian informasi yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Invasi pada badak adalah pergerakan satu atau lebih
spesies tersebut dari satu area ke area lainnya dan pada akhirnya
spesies ini menetap di tempat tersebut. Proses ini berlangsung secara kompleks
melalui peristiwa migrasi, eksistensi, dan kompetensi sebagai tahapan penting
dalam invasi yang seluruhnya terkait dengan waktu. Invasi umumnya terjadi pada
daerah yang populasinya kurang, tetapi dapat juga terjadi di tempat yang banyak
populasinya. Invasi merupakan bentuk permulaan. Suksesi sehingga terbentuk
klimaks Biasanya invasi ke komunitas klimaks tidak efektif. Kenyataannya invasi
biasanya terjadi pada area yang populasi nya jarang sehingga menghasilkan
tahapan perkembangan yang baru.
Invasi
yang ditemukan di bumi adalah : hasil dari miliaran tahun proseserolusi. Hingga
600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri,
protozoa dan organism uniseluler lainnya. Sebelum organism multi seluler muncul
dan menyebabkan ledakan. Keaneka ragaman yang begitu cepat, namun secara
periodic dan erentual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat
aktivitas bumi iklim dan luar angkasa.
Terdapat
berbagai jenis invasi di Indonesia dari jenis hewan maupun tumbuhan. Yang
paling menarik untuk dibahas adalah mengenai hewan badak jawa atau badak
bercula satu (Rhinoceros Sondaicus). Hewan berkulit tebal ini sedang diambang
kepunahan diakibatkan oleh sifat tamak dari manusia yang melakukan perburuan.
Secara besar-besaran untuk memanfaatkan organ tubuhnya ataupun merusak
ekosistem tempat mereka hidup. Namun kita dapat sedikit bernafas lega karena
sebagian kecil hewan ini dilindungi oleh pemerintah dengan melakukan
penangkaran hewan badak Jawa. Meskipun demikian populasi hewan tersebut
diperkirakan hanya sekitar 50-60 ekor saja
Invasi
sangat efektif bila terjadi secara lokal. Pada suatu komunitas umumnya di
jumpai beberapa spesies yang mempunyai kemampuan sebagai pioneer. Invasi pada
kawasan yang jauh, dating menghasilkan efek suksesional, karena spesies baru
perkembangannya berlawanan dengan spesies lokal (native spesies). Hal ini
sangat berbeda pada area yang baru di dekatnya. Invasi ke komunitas yang baru
dimulai dengan migrasi lalu agresi kompetisi dan reaksi (Wearer dan Frederic,
1978) Salah satu spesies fauna yang cukup mengganggu keseimbangan ekosistem
adalah : Badak Jawa. Hewan ini di introduksi oleh pihak pengelola ketaman
nasional Baluran pada tahun 1969 yang semula dimaksudkan sebagai dekat bakat.
Namun ternyata Badak Jawa merupakan spesies bercula satu dan berkulit tebal
sedang diambang kepunahan.
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Cara terjadi invasi pada Badak Jawa
Cara
terjadinya invasi adalah kedatangan spesies asing (exotic,
invader, invasive) ke suatu habitat baru yang kondisi lingkunngannya
berbeda dengan kondisi lingkungan di daerah asal nya, tidak akan menyebabkan
terjadinya kompetisi yang kuat dengan spesies asli (indigenous native). Spesies
asing ini biasanya hanya akan menjadi jenis spesies pengganggu di habitat baru
spesies tersebut.
4.2.2.
Penyebaran dan Habitat sebagai spesies invasive
Perkiraan yang paling oetimistis memperkirakan bahwa lebih
sedikit dari 100 badak Jawa masih ada di alam bebas. Mereka dianggap sebagai
mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat
hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa dan beberapa pelindung alam
menganggap mereka memiliki resiko yang lebih besar. Badak Jawa diketahui masih
hidup di dua tempat, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat Pulau Jawa
dan Taman Nasional Cat Tien. Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan
Benggala (tempat tinggal mereka) akan saling melengkapi antara badak Sumatra
dan India di tempat tersebut kea rah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja,
Laos, Vietnam, dan kearah Selatan di Semenanjung Malaya, seperti pulau Sumatra,
Jawa dan Kalimantan. Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput
tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir
besar atau daerah basah dengan banyak kubangan, lumpur. Walaupun dalam sejarah
badak Jawa menyukai daerah renah, sub spesies di Vietnam terdorong menuju tanah
yang lebih tinggi (diatas 2.000 ml) yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan
oleh manusia.
Tempat hidup Badak Jawa telah menyusut selama 3.000 tahun
terakhir di mulai sekitar tahun 1000 SM tempat hidup di utara badak ini meluas
ke Tongkok, tetapi mulai bergerak ke selatan secara kasar pada 0,5 km pertahun
karena penetap manusia meningkat di daerah itu. Badak ini mulai punah di India
pada decade awal abad ke-20. Spesies ini di buru sampai kepunahan di
Semenanjung Malaysia tahun 1932. Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam
dipercaya. Punah sepanjang tanah utama asia. Pemburu lokal dengan penabangan
hutan di Kamboja mengklaim melihat badak Jawa di Pegunungan Cardamon tetapi
survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti. Populasi Badak Jawa juga
mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun specimen tersebut mungkin merupakan
badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.
4.2.3. Konservasi
Faktor
utama berkurangnya populasi spesies ini adalah: perburuan untuk culanya,
masalah yang juga menyerang semua spesies badak. Cula badak menjadi komoditas
perdagangan di Tingkok selama 2000 tahun yang digunakan sebagai obat untuk
pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan untuk
membuat baju baja tentara. Tiongkok dan suku lokal, di Vietnam percaya bahwa
kulitnya dapat digunakan sebagai penangkal racun untuk bias ular. Karena tempat
hidup badak mencakupi banyak daerah kemungkinan, sulit untuk penduduk tidak
membunuh binatang ini yang dapat dijual dengan harga tinggi. Ketika concention
on International trade in Endangered Species of Wild fauna and Flora, pertama
kali di berlakukan tahun 1975, Badak Jawa dimasukkan kedalam perlindungan
Appendix 1 : semua perdagangan internasional produk badak Jawa, dianggap
Illegal, survey pasar gelap cula badak telah menentukan bahwa badak asia
memiliki harga sebesar $ 30.000 perkilogram, tiga kali harga cula, badak Afrika
ini bukan lagi factor signifikan. Karena badak hanya hidup di du ataman
nasional yang di lindungi memburuknya habitat telah menghalangi pemulihan populasi
badak yang merupakan korban perburuan untuk cula. Bahkan dengan semua usaha
konservasi, prospek keselamatan badak Jawa suram karena populasi mereka
tertutup di dua tempat kecil, mereka sangat rentan penyakit dan masalah
perkembangbiakan ahli genetika konservasi memperkirakan bahwa populasi 100
badak perlu perlindungan pembagian genetika spesies.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Simpulan
Berdasarkan
uraian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
5.1.1. Mekanisme terjadinya invasi pada
spesies sangat komplek menyangkut seluruh tahapan. Suksesi sehingga tercipta
kondisi klimaks sebagian invasi spesies dapat menggantikan dominasi spesies
lokal.
5.1.2. Badak Jawa merupakan salah satu
spesies invasi yang hidup berkumpul disuatu kawasan utama sangat rentang terhadap
kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana alam seperti
tsunami, letusan gunung, gempa bumi. Selain itu badak ini juga kekurangan ruang
akibat invasi,
5.2.
Saran
Disarankan
pada masyarakat agar yang memelihara jenis spesies ini jangan di bunuh dan di
jual untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Sehingga keberadaan Badak Jawa
akan tetap lestari.
Daftar
Pustaka
Gerson.
2011. Invasi pada Badak. http://gersonunmasblog.blogspot.com/2011/05/invasi-pada-badak.html.
29 Oktober 2011
Wikipedia.2011.Badak
Jawa. http://id.wikipedia.org/wiki/Badak_jawa.
29 Oktober2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar